PASRAH bukan berarti IKHLAS
Yudhistira
Abimanyu
Salah satu ilmu yang paling sulit dikuasai manusia di muka bumi ini
adalah ilmu ikhlas. Ilmu ini banyak diserukan oleh orang, namun tidak semua
mampu menguasai secara penuh. Karena tidak nampak, ilmu ikhlas tidak ada
hitungannya secara pasti. Yang bisa mengukur ilmu ini adalah hati masing-masing
individu yang memiliki dan menggunakan ilmu ini, itupun belum tentu 100% pas.
Hanya Tuhan yang paling benar mengukur keikhlasan seseorang.
Senyum Ikhlas ada perbedaan mendasar antara IKHLAS dan PASRAH.
Senyum Ikhlas ada perbedaan mendasar antara IKHLAS dan PASRAH.
IKHLAS adalah menyerah setelah berusaha, sedang pasrah adalah menyerah sebelum
berusaha. Kata pak Ustadz, Ikhlas itu gandengannya Sabar dan Tawakkal,
sedangkan PASRAH sama Ngalah. laughing (versi orang jawa: pasrah ngalah).
Tau nggak, gara-gara nggak ikhlas, Iblis melakukan dosa pertama di alam
semesta. Dia kan nggak ikhlas memiliki “SAINGAN” bernama Adam dari tanah yang
notabene menurut dia lebih tidak berharga tapi harus dihormati. Maka tampaklah
sifat sombongnya dikarenakan Iblis nggak ikhlas.
Pasrah dan
ikhlas adalah bagian dari (produk) ikatan kita denganNya. Bayangkan, jika kita
tak menumbuhkan rasa pasrah dan ikhlas dalam diri, artinya kita belum
menyertakan peran Allah. Kita merasa berjuang sendirian, tak ada yang
mendukung. Rasa ini yang sesungguhnya membuat kita nampak lemah. Rasa yang
sesungguhnya tak perlu kita miliki. Sesungguhnya Allah bukan hanya mengawasi,
tapi mendampingi. Dia ‘BERGERAK’ atas dasar RAHMAAN dan RAHIIM,
dengan KASIH dan SAYANG.
Saat
dihadapkan pada posisi paling bawah dalam hidup, ikatan itu memang sudah
harusnya makin menguat, dan membuat kita lebih kuat karena ingat ada yang
mendampingi, di mana pun, kapan pun. Agar tak merasa sendirian, kita tak boleh
lupa dari mana asal kita, dan ke mana kita akan kembali. Yang tak boleh kita
lupa adalah bahwa pasrah dan ikhlas bukan pertanda kita lemah dan tak sanggup
lagi melangkah, tetapi justru bukti kekuatan dan akan makin membuat kita kuat
karena kita makin menyadari peranNya.
Allah
percaya dengan kita sejak dalam rahim, percaya bahwa kita akan mampu bertahan
sembilan bulan dalam rahim, lalu mampu lahir dan berjuang di dunia, rasanya
sayang sekali jika kepercayaan yang didasari kasih dan sayang itu harus kita
balas dengan rasa yang harusnya menguatkan, malah justru membuat kita merasa
lemah.
INGAT...
tidak ada
yang lebih berhak atas HITAM PUTIH-nya hidup ini, kecuali Allah.
Allah
tidak memberi apa yang kita pintakan, tapi apa yang kita perlukan.
Kadang
hati terasa kecewa dan sedih dalam menerima Ketentuan-Nya,
namun
percayalah bahwa Allah tengah merajut sesuatu yang terindah, yang akan datang
tepat pada waktunya.
SUDAHKAH
KALIAN IKHLAS
Tetep
we teu kabagian mah gegelendeng nya wa....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar