Jumat, 23 Oktober 2015

PASRAH bukan berarti IKHLAS


PASRAH bukan berarti IKHLAS
Yudhistira Abimanyu


Salah satu ilmu yang paling sulit dikuasai manusia di muka bumi ini adalah ilmu ikhlas. Ilmu ini banyak diserukan oleh orang, namun tidak semua mampu menguasai secara penuh. Karena tidak nampak, ilmu ikhlas tidak ada hitungannya secara pasti. Yang bisa mengukur ilmu ini adalah hati masing-masing individu yang memiliki dan menggunakan ilmu ini, itupun belum tentu 100% pas. Hanya Tuhan yang paling benar mengukur keikhlasan seseorang.

Senyum Ikhlas ada perbedaan mendasar antara IKHLAS dan PASRAH.
IKHLAS adalah menyerah setelah berusaha, sedang pasrah adalah menyerah sebelum berusaha. Kata pak Ustadz, Ikhlas itu gandengannya Sabar dan Tawakkal, sedangkan PASRAH sama Ngalah. laughing (versi orang jawa: pasrah ngalah).

Tau nggak, gara-gara nggak ikhlas, Iblis melakukan dosa pertama di alam semesta. Dia kan nggak ikhlas memiliki “SAINGAN” bernama Adam dari tanah yang notabene menurut dia lebih tidak berharga tapi harus dihormati. Maka tampaklah sifat sombongnya dikarenakan Iblis nggak ikhlas.

Pasrah dan ikhlas adalah bagian dari (produk) ikatan kita denganNya. Bayangkan, jika kita tak menumbuhkan rasa pasrah dan ikhlas dalam diri, artinya kita belum menyertakan peran Allah. Kita merasa berjuang sendirian, tak ada yang mendukung. Rasa ini yang sesungguhnya membuat kita nampak lemah. Rasa yang sesungguhnya tak perlu kita miliki. Sesungguhnya Allah bukan hanya mengawasi, tapi mendampingi. Dia ‘BERGERAK’ atas dasar RAHMAAN dan RAHIIM, dengan KASIH dan SAYANG.

Saat dihadapkan pada posisi paling bawah dalam hidup, ikatan itu memang sudah harusnya makin menguat, dan membuat kita lebih kuat karena ingat ada yang mendampingi, di mana pun, kapan pun. Agar tak merasa sendirian, kita tak boleh lupa dari mana asal kita, dan ke mana kita akan kembali. Yang tak boleh kita lupa adalah bahwa pasrah dan ikhlas bukan pertanda kita lemah dan tak sanggup lagi melangkah, tetapi justru bukti kekuatan dan akan makin membuat kita kuat karena kita makin menyadari peranNya.

Allah percaya dengan kita sejak dalam rahim, percaya bahwa kita akan mampu bertahan sembilan bulan dalam rahim, lalu mampu lahir dan berjuang di dunia, rasanya sayang sekali jika kepercayaan yang didasari kasih dan sayang itu harus kita balas dengan rasa yang harusnya menguatkan, malah justru membuat kita merasa lemah.

INGAT...
tidak ada yang lebih berhak atas HITAM PUTIH-nya hidup ini, kecuali Allah.
Allah tidak memberi apa yang kita pintakan, tapi apa yang kita perlukan.
Kadang hati terasa kecewa dan sedih dalam menerima Ketentuan-Nya,
namun percayalah bahwa Allah tengah merajut sesuatu yang terindah, yang akan datang tepat pada waktunya.

SUDAHKAH KALIAN IKHLAS
Tetep we teu kabagian mah gegelendeng nya wa....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar